Sabtu, 02 Oktober 2010

Karomah Ki Bahri bin Pandak Tg. Atap

Di kalangan warga kota Palembang dan sekitarnya, nama Ki Bahri bin Pandak desa Tanjung Atap  cukup dikenal. Teristimewa di lingkungan masyarakat di daerah Pangkalan Lampam, Selapan, Sungai Bungin, Sungsang  dan sekitarnya.

Banyak cerita aneh ("karomah") mengenai Ki. Bahri bin Pandak Tanjung Atap, namun  kali ini kami hanya menyajikan cerita dari orang yang langsung mengalaminya bersama Ki Bahri bin Pandak Tg. Atap, di antaranya adalah :
A Rohim Abdullah, warga desa Tanjung Atap, menceritakan bahwa beliau bersama tiga orang lainnya pernah  diajak oleh Ki Bahri untuk menebas rumput di pesanteren beliau di seberang desa Tanjung Atap. Kepada mereka berempat Ki Bahri berpesan agar membawa perlengkapan sholat, karena mereka akan bekerja sampai sore. Menjelang tengah hari mereka merasa lelah dan lapar. Melihat hal itu, Ki Bahri lalu memberi mereka masing-masing satu helai daun untuk dimakan. Anehnya, setelah memakan daun tersebut badan mereka menjadi kembali segar, dan rasa laparnya hilang seketika, sehingga mereka kembali dapat melanjutkan pekerjaannya sampai sore hari.

Salah seorang keponakan beliau, menceritakan bahwa pada suatu hari ia menginap di rumah Ki Bahri. Di malam harinya, ia membuka semua laci mesin jahit untuk mencari jarum, karena salah satu kancing bajunya terlepas. Namun ia tidak menemukannya. Laci mesin jahit itu kosong, tidak ada apa-apa di sana. Keesokan harinya, ia dipanggil oleh Ki Bahri, dan diperintahkan untuk membeli semen dalam jumlah yang cukup banyak. Ki Bahri juga berpesan untuk mengambil uangnya di dalam laci mesin jahit yang ia lihat tadi malam. Tentu saja keponakan beliau itu  bingung, karena ia tahu persis bahwa laci mesin jahit itu kosong. Ia berusaha menjelaskannya kepada Ki Bahri, tapi beliau terus mendesak untuk memeriksa kembali laci mesin jahit itu. Akhirnya, karena penasaran, keponakan beliau itu  kembali memeriksa laci mesin jahit tersebut. Ternyata, keempat lacinya semua penuh berisi uang, lebih dari cukup untuk membeli semen yang diperintahkan Ki. Bahri.


Sampai sekarang masih banyak murid-murid ataupun pencinta beliau (terutama jama'ah Majelis Ta'lim wad Tadzkir Awwabien Darul Muttaqien Palembang, pimpinan alm. KH. Ali Umar Thoyyib) yang berziarah ke makam beliau di desa Tanjung Atap Ogan Ilir.

6 komentar:

  1. ..
    Aq Pengen N.n Betemu .. Ya Allah ..

    BalasHapus
  2. Smoga di beri rezeki dan panjang umur pngen ziarah mengenal dan bersilatirahmi lngsung ke mkam beliau amin.(Adi putra _Jakarta Asal Dusun Saung Nage Ulak OKU).

    BalasHapus
  3. adalagi, ki bahri kami panggil gede, krn beliau wak dri ayah saya, waktu saya msh sekolah kami sekeluarga berkunjung ketempat beliau, setiba disana kami menemuinNya di musolah, lalu kami diajak kesebrang pulau, dan kamipun menaikin peraru tetapi ki bahri tinggal, beliau berkata duluanla gede nanti menyusul, setiba kami disebrang, masya Allah, ki bahri sdh ada duluan disana, klu pun ki bahri naik perahu yg berbeda... Jelas perahuNya mendahului perahu kami... ALLAH HUAKBAR

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah msh keluarga besar dari jalur Ayah...pernah menemui Allahyarham untuk minta doakan dan dikasih wiridan.. Allahyarham juga pernah cerita soal kedatangan mbak Tutut dan Tri Sutrisno sang penguasa kala itu...

    BalasHapus
  5. alhmd sdh ziarah blm lama ini ke makam beliau berdoa perantara wasila smoga kobul ya allah aamin

    BalasHapus